Thursday, July 29, 2010

Dialektik

Tawa, canda, sedih

Tangis, darah, air mata

Rangkaian kata beruntai di benak kosong

Menari dan mengungkit luka-luka lama yang tak berujung

Semua yang tak pasti

Menusuk, menghujam, membunuh

Mampus

Hanya satu kata, yang mampu menggambarkan semua

Tanpa jerat puisi, tanpa indah seni

Hanya berkata, hanya mencela

Dari mulut durhaka

Jahanam

Hanya itu

Singkat, terlalu singkat

Tidak tergambar, terlalu abstrak

Hanya abstraksi emosi yang tergelayut rendah menyentuh tanah

Hanya variasi rasa yang tak terdefinisi

Sendirian,

Itu salahmu

Salahmu dan kebodohanmu

Pintu telah terbuka

Kenapa dibiarkan berkarat?

Aku tidak tahu, aku tidak tahu

Aku hanya tahu satu

Aku ingin mati, aku tidak ingin mati

Aku ingin hidup, aku jenuh hidup

Aku bingung

Aku ingin dipeluk

Mati saja kau

Aku mau, aku belum mau

Aku takut

Tidak ada yang peduli

Aku mau menangis

Tapi air mata sedang pergi bertamasya

Adakah kau di sisiku?

Hanya untuk melukaimu

Aku ingin dia

Jangan mengharap lebih, Jalang

Bukan, aku hanya takut

Tidakkah kau melihat itu?

Hanya kau dan kebodohanmu, itu saja

Kalau begitu, bunuhlah aku

Aku tidak sudi, aku tidak peduli

Ini semua salahmu

Bukan, aku ingin dikatakan tidak bersalah

Tetapi apa kesalahanku?

Terlalu banyak, tidak cukup waktu untuk menyebutkan

Aku takut, aku bingung

Berpenganglah!

Pada apa? Aku hanya punya diriku

Mana aku tahu, itu bukan urusanku

Kau kejam!

Aku adalah kamu

Mati saja kau!

Ayo mati bersama

Kau pikir kau siapa??

Kau tuli? Aku adalah kau

Bukan

Iya

Bukan

Iya

Berarti aku gila?

Bukan

Tapi?

Hanya manusiawi

Aku bukan manusia

Aku juga bukan

Aku kucing

Aku anjing

Kita adalah satu

Kau gelap

Kau terang

Kau hitam

Kau putih

Kita adalah abu-abu

0 statement(s):